“Jastin Biber Card” Media Alternatif dalam
Meningkatkan Pemahaman Siswa SD tentang Keberagaman Budaya Indonesia"
Oleh
Aan Minan Nur Rohman,
M.Pd.I
Abstrak :
Kata kunci : Media, Belajar, dan Budaya Indonesia
Media pembelajaran Jastin Biber Card ini
dibuat dengan tujuan untuk memudahkan guru dalam menyampaikan pesan
pembelajaran tentang keberagaman budaya Indonesia kepada peserta didik melalui
desain pembelajaran bermain sambil belajar yang selama ini materi tersebut
dianggap membosankan bagi sebagian besar siswa. Untuk membuktikan bahwa media
ini efektif dalam menumbuhkan gairah belajar siswa dan meningkatkan pemahaman
siswa tentang keberagaman budaya Indonesia, penulis melakukan penelitian
tindakan kelas terhadap 32 siswa kelas 4 SD Kyai Ibrahim yang beralamatkan di
Jl. Siwalankerto Surabaya. Penelitian tersebut dilakukan dengan tahapan
perencanaan, pelaksanaan dan pengematan serta evaluasi melalui dua siklus. Dari
hasil evaluasi masing-masing siklus diperloeh simpulan akhir bahwa media Jastin
Biber Card terbukti efektif dalam menumbuhkan gairah belajar siswa dan
mampu meningkatkan pemahaman siswa tentang kebudayaan Indonesia sehingga
penulis merekomendasikan penggunaan media ini untuk siswa dengan karakteristik
yang bermacam-macam sebagai bahan perbaikan terhadap media ini.
A. Latar Belakang
Hal fundamental yang menentukan berhasil dan tidaknya
pendidikan adalah proses pembelajaran yang baik. Proses pembelajaran bukan
hanya sebagai sarana untuk memberikan pengetahuan dan membina keterampilan saja,
akan tetapi meliputi pengembangan pengetahuan dan keterampilan siswa yang
menjadi subjek dalam pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, guru menjadi
faktor penting dalam memberikan keberhasilan siswanya. Seorang guru harus
mempunyai kemampuan untuk mengelola proses pembelajaran agar lebih menarik,
menyenangkan, dan bermanfaat bagi siswanya. Agar proses pembelajaran dapat
berhasil, seorang guru harus mampu menentukan metode, strategi, dan media yang
tepat dan sesuai untuk mencapai hasil belajar mengajar yang maksimal.
Hasil belajar dapat
dicapai dengan maksimal jika gairah siswa dalam belajar tumbuh dan materinya
tidak membosankan. Salah satu materi yang masih diangga membbosankan adalah
pengenalan berbagai budaya Indonesia yang meliputi macam-macam jenis tari,
jenis rumah adat dan senjata tradisional yang tersebar mulai dari Aceh hingga
papua. Sayangnya terkadang guru kurang dapat memberikan pengalaman belajar yang
membuat anak-anak memahami dan hafal berbagai jenis budaya tersebut dengan
mudah dan tidak membebani siswa (bosan), akibatnya sebagian besar siswa tidak
tahu bahkan ogah-ogahan dalam mempelajari materi tersebut.
Berdasarkan fenomena tersebut kiranya sangat diperlukan
media alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa pada
meteri keberagaman budaya yang ada di Indonesia. Maka Jastin Biber Card sebagai
salah satu solusinya.
B. Apa itu Media “Jastin Biber Card “ dan pemahaman tentang keberagaman budaya Indonesia
?
Sebelum kita menjawab pertanyaan
tersebut, terlebih dahulu mari kita telaah terlebih dahulu apa yang disebut
dengan media dan apa itu pemahaman tentang keberagaman budaya Indonesia?
1. Media
Pembelajaran
Tidak dapat
dipungkiri bahwa media pembelajaran mempunyai peranan yang penting dalam proses
kegiatan belajar mengajar. Proses belajar mengajar akan semakin dirasakan jika
menggunakan media pembelajaran yang tepat. Penggunaan media diharapkan akan
menimbulkan dampak positif, seperti timbulnya motivasi siswa, proses pembelajaran
yang menyenangkan, terjadi umpan balik dalam proses belajar mengajar, dan
mencapai hasil yang optimal.
Kata media berasal dari bahasa latin yaitu jamak dari
kata medium yang berarti perantara atau pengantar. Sehingga dapat
didevinisikan bahwa Media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan
informasi dari sumber kepada penerima (Hairudin, 2008: 7). Sedangkan Gagne
berpendapat media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang
dapat merangsang untuk belajar (Cece Wijaya,dkk. 1991: 137). Sedangkan
pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan yang menjadikan orang atau makhluk
hidup belajar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 17).
Jadi, media pembelajaran adalah media yang digunakan
pada proses pembelajaran sebagai penyalur pesan antara guru dan siswa agar
tujuan pengajaran tercapai. Begitu pula dinyatakan “Dalam depdiknas (2003) bahwa
media pembelajaran adalah media pendidikan yang secara khusus digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang sudah dirumuskan (Hairudin, 2008:
7).”
2.
Pemahaman Keberagaman Budaya Indonesia
Pemahaman yang dimaksud di sini lebih dekat dengan hasil belajar siswa
yang didevinisikan sebagai kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
proses pembelajaran yang mencakup tiga ranah, yaitu: ranah kognitif, ranah
afektif, dan ranah psikomotor.
Sedangkan keberagaman atau keanekaragaman Budaya Indonesia adalah bahwa kebudayaan tersebut bermacam macam, bisa
ditinjau dari berabgai aspek, misalnya dari aspek peralatan dan perlengkapan
hidup manusia, mata pencaharian hidup, sistem ekonomi, sistem kemasyarakatan,
bahasa, kesenian, sistem pengetahuan dan religi/kepercayaan yang ada di
Indonesia.
Atau lebih ringkasnya bahwa keberagaman
budaya yang dimaksud di sini adalah rumah adat, pakaian adat, jenis tari
daerah, senjata tradisional, bahasa, suku, lagu daerah, alat musik yang ada di
Indonesia.
3.
Jastin Biber Card
Salah satu media pembelajaran alternatif yang penulis temukan ini bernama
Jastin Biber Card. Ia merupakan akronim dari menJAdi cerdaS,
TerpINtar dan terBIasa BERbudaya. Sedangkan kata
Card menunjukkan bahwa media ini berbentuk kartu permainan. Media
ini berbentuk kartu yang didalamnya berisi pengetahuan tentang budaya,
dimainkan dengan cara yang disukai anak-anak yaitu lewat battle game.
Media ini didesain untuk memudahkan guru dalam menyampaikan pesan
keragamaan budaya Indonesia meliputi jenis rumah adat, pakaian adat, jenis tari
daerah, dan senjata tradisional dari 34 propinsi yang ada di Indonesia.
Dengan
kemajuan zaman yang serba elektronik , media ini kemudian sedang dikembangkan
menjadi media digital. Digitalisasi ini diperlukan agar proses pembelajaran
dengan memanfaatkan media ini tidak terbatas di kelas saja tetapi juga dapat
dilakukan di rumah dengan mengunduh aplikasi Jastin Biber Card versi
digital melalui Playstore kemudian dimainkan di android masing-masing anak.
C. Apakah Media “Jastin Biber Card “ dapat meningkatkan
pemahaman siswa tentang keberagaman Budaya Indonesia?
Penulis melakukan
penelitian tindakan kelas terhadap 32 siswa kelas IV SD Kyai Ibrahim di Jl.
Siwalankerto III/15 Surabaya dengan desain penelitian mengikuti dasar tindakan kelas yang mengacu
pada pandangan Kemmis dan Mc Taggrat (dalam Arikunto, 2011:16)
bahwa penelitian tindakan dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: perencanaan;
pelaksanaan dan pengamatan serta refleksi.
Pada siklus pertama, penulis melakukan perencanaan
dengan menelaah kurikulum, mengidentifikasi standart kompetensi, kompetensi
dasar yang berkaitan dengan keberagaman budaya Indonesia, dan diteruskan dengan
membuat Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP). Setelah selesai melakukan
perencanaan, kemudian penulis melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan
perencanaan awal yang dijabarkan melalui kegiatan awal berisi pengkondisian
peserta didik dan appersepsi. Selanjutnya pada kegiatan inti penulis
menyampaikan materi yang berkaitan dengan keberagaman budaya dengan menggunakan
media Jastin Biber Card dengan mengelompokkan siswa menjadi 5-6 beberapa
kelompok, guru membagikan kartu kepada masing-masing kelompok, masing-masing
siswa dibagikan 5-6 kartu oleh ketua kelompok, setiap anak diberi kesempatan 1
menit untuk membuka satu kartu yang paling disukai dan menghafalkannya meliputi
rumah adat, pakaian adat, tari dan senjata tradisional, kemudian siswa
berpasangan dengan tangan memegang kartu, kemudian ditepukkan ke tangan
pasangannya, jika kartu yang terbuka gambar RPTS (Rumah adat, pakaian, tari dan
senjata tradisional) maka pemilik kartu harus menyebutkan dengan nama RPTS yang
telah dihafal sebelumnya. Jika jawabannya benar maka nilainya 10, langkah di
atas diulang-ulang terus-menerus sampai selesai. Siswa yang dinayatakan menang
adalah yang paling banyak mendapatkan nilai/point. Kegiatan kemudian ditutup
dengan memberikan penghargaan kepada tim yang memperoleh nilai paling banyak. Dari
pelaksanaan siklus pertama ini diperoleh
data bahwa aktifitas guru dan pemahan siswa terhadap materi keberagaman budaya
Indonesia mencapai angka 60 % dengan interpretasi baik.
Selanjutnya dilakukan siklus kedua dengan
tahapan-tahapan sebagaimana pada siklus pertama sehingga diperoleh hasil data
bahwa aktiftas guru dan siswa mengalami peningkatan yang signifkan mencapai 92
% dengan interpretasi keberhasilan sangat baik.
Dari
hasil penelitian tersebut dapat menjawab pertanyaan di atas bahwa penggunaan media pembelajaran Jastin Biber
Card terbukti efektif untuk meningkatkan kemampuan siswa tentang keberagaman budaya
Indonesia
D. Kesimpulan dan saran
Media
pembelajaran Jastin Biber Card terbukti efektif untuk membuat pembelajaran tentang
keberagaman kebudayaan Indonesia menjadi lebih menarik dan dapat meningkatkan
pemahaman siswa tentang kebidayaan Indonesia dengan signifkan.
Hendaknya Media Pembelajaran Jastin biber Card ini dapat
diujicobakan pada sekolah-sekolah lainnya untuk mengukur kelebihan dan
kekurangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi. 1990. Strategi Belajar Mengajar Keterampilan
Berbahasa dan Apresiasi Sastra. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh.
Aminudin. 2003. Apresiasi Puisi Pelatihan Terintegrasi Berbasis
Kompetensi Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. ReIViewer oleh Leo Idra
Ardiana, dkk. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
------------. 1987. Pengantar
Apresiasi Karya Sastra. Bandung:Sinar Baru.
Ardiana, Leo Idra. 2003. Penelitian Tindakan Kelas: Pelatihan
Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.
ReIViewer oleh Bambang Yulianto, dkk. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, Azhar. 2005. Media
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Ary, Donald, dkk. Tanpa tahun. Pengantar Penelitian
dalam Pendidikan. Terjemahan oleh Arief Furchan.1982. surabaya: Usaha
Nasional.
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Bahasa Indonesi, Sekolah Menengah
Atas. Jakarta.
------------. 2005a. Kurikulum 2004 Pedoman Khusus Pengembangan
Silabus, Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jakarta.
------------. 2005b. Kurikulum 2004 Pedoman Khusus
Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Pertama
(SMP). Jakarta.
Djojosuroto, Kinayanti dan M. L. A. Sumaryanti. 2004. Prinsip-prinsip
Dasar Penelitian Bahasa dan Sastra. Bandung: Nuansa.
Djojosuroto, Kinayanti. 2005. Puisi Pendekatan dan Pembelajaran.
Bandung: Nuansa.
De Porter, Bobbi, dkk. 1991. Quantum Teaching. Terjemahan oleh
Ary Nilandari. 2001. Bandung: Kaifa.
Gani, Rizanur. 1988. Pengajaran Sastra Indonesia Respon dan
Analisis. Padang: Dian Dinamika.
Hernowo. 2003. Quantum Writing.
Bandung: Kaifa.
-----------. 2004. Andaikan
Buku Itu Sepotong Pizza. Bandung: Kaifa.
Isnaini, Rahma Yulia. 2003. Penerapan Pembelajaran
Kontekstual Model Kooperatif-STAD pada Pokok Bahasan Materi dan Perubahannya
Kelas I di SMU Muhammadiyah 1 Taman Sidoarjo. UNESA:Tidak dipublikasikan.
Meier, DaIVe. 2002. The Accelerated Learning Handbook.
Terjemahan oleh Rahmi Astuti.
Nadjid, Moh. 2002. Apresiasi
Prosa Fiksi. Surabaya: UniIVersity Press.
Parmin, Jack, dkk. 2005. Buku Panduan Penulisan Skripsi
Fakultas Bahasa dan Seni. Surabaya: UNESA.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Pengkajian Puisi.
Yogyakarta: Gadjah Mada UniIVersity Press.
Rahmanto, B. 1988. Metode
Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Rohani, Ahmad. 1997. Media
Instruksional Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Sonneman, Milly R. 1997. Mahir Berbahasa IVisual. Terjemahan
oleh Budi Juliman. 2002. Bandung: Kaifa.
Subana, M dan Sudrajat. 2005. Dasar-dasar Penelitian
Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia.
Supratno, Haris. Profesionalisme dan Kesejahteraan Guru dan Dosen
Pasca Pengesahan Undang-undang Guru dan Dosen. Makalah
disajikan dalam Seminar Nasional Undang-undang Guru dan Dosen. UNESA. Surabaya
18 Februari 2014.
Suroto. 1989. Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra
Indonesia untuk SMU. Jakarta: Erlangga.
Suryabrata, Sumadi. 2003. Metodologi Penelitian.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Surabaya: SIC.
Tim Pelatih Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Tjahjono, L. Tengsoe. 2002. Menembus
Kabut Puisi. Malang: Dioma.
Undang-undang RI Nomor 14
Tahun 2014 tentang Guru dan Dosen. Jakarta.
UniIVersitas KYAI Malang. 2003. Pedoman Penelitian Karya Ilmiah.
Malang: UM Press.
Wiyanto, Asul. 2005. Kesusastraan
Sekolah. Jakarta: Grasindo.