Minggu, 30 Desember 2012

IMPERIUM UMAYYAH DI SPANYOL


IMPERIUM UMAYYAH DI SPANYOL
(Masuknya Islam ke Barat : Awal Berdiri dan Perkembangannya)
(oleh A’an Minan Nur Rohman)

A.     PENDAHULUAN
Kehadiran orang-orang Islam di Spanyol merupakan awal  munculnya Islam di benua eropa karena Spanyol merupakan gerbang bagi benua tersebut sebagaimana yang telah diinformasikan dalam buku-buku sejarah, ekaspansi Islam ke wilayah barat terjadi pada masa kekhilafahan Bani Umayyah dengan khalifahnya Al-Walid bin Abdul Malik[1]
Pada saat itu Musa bin Nusair, Tharif ibnu Malik, dan Thariq Bin Ziyad sebagai komandan lapangan, di mana ketiganya dianggap sebagai tokoh pelaku utama atas masuknya Islam di bumi Spanyol. Mereka berhasil menguasai wilayah Afrika dan kemudian menyebrang ke benua eropa. Setelah masuknya Islam di Spanyol maka banyaklah kemajuan-kemajuan yang diperoleh dan hal ini dapat dilihat dengan banyaknya tokoh-tokoh dan para ilmuwan yang menucul dari sana. Namun setelah berabad-abad lamanya Islam menguasai Spanyol, mulai mengalami kemunduran dan kehancuran bahkan kemudian Islam hilang dari bumi tersebut.
B.     KERANGKA TEORI
Makalah ini mencoba menelaah latar belakang masuknya Islam ke Spanyol, Perkembangan Kekhilafahan di Spanyol,analisis perkembangan peradaban Islam di Spanyol dan kemajuan-kemajuannya serta fase kemunduran Islam di Spanyol
C.     PEMBAHASAN
1.      Sejarah Masuknya Islam di Spanyol
Sebelum kedatangan Umat Islam , kawasan yang masuk dalam daerah Iberia[2] tersebut di bawah kekuasaan Kerajaan Hispania yang dikuasai oleh orang  KristenVisigoth dengan rajanya yang bernama Roderick[3]. Awal kedatangan Islam di Spanyol berawal saat datangnya Julian seorang Gubernur Wilayah Ceuta memohon kepada Musa ibnu Nusair yang menjabat Guberbur dari kekhalifahan Umayyah di Wilayah Afrika barat laut untuk memerdekakan negerinya yang dilanda kekacauan hebat.
Setelah mendapatkan persetujuan dari Khalifah Walid bin Malik (705 M-715 M) kemudian diutuslah tiga panglima perang yaitu Tharif ibnu Malik, Thariq bin Ziyad dan Musa Ibnu Nusair sendiri untuk menaklukan Spanyol.
a.      Tharif bin Malik
Tharif bin Malik dapat dikatakan sebagai perintis dan penyelidik, pada kamis, 4 Ramadan 91 H atau 2 April 710 M ia menyebrangi selat yang berada di antara Maroko dan Benua Eropa itu dengan satu pasukan perang, seratus diantaranya adalah tentara berkuda, meraka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian. Dalam penaklukan tersebut Tharif tidak mendapatkan perlawanan yang berarti, iapun mendapatkan kemenangan dan kembali ke Afrika Barat[4]
b.      Thariq bin Ziyad
Thariq bin Ziyad lebih dikenal sebagai Penakluk Spanyol. Setelah Tharif berhasil  memperoleh kemenangan pertama maka pada senin 3 Mei 711 M diutuslah Thariq bin Ziyad[5] dengan membawa 7000 pasukan yang menyebrangi selat antara Afrika dan benua Eropa lalu singgah dan mengusasai gunung yang dikenal dengan Giblaltar (Jabal Thariq), di daerah ini kemudian ia membangun pertahanan militer yang kuat untuk persiapan mengahadapi pasukan Roderick.
Mendengar pasukan Thariq telah mendarat, Raja Roderick mempersiapkan 100.000 tentara dengan persenjataan lengkap. Ia memimpin langsung pasukannya itu, sedangkan Musa bin Nusair kemudian mengirim bantuan tentara sebanyak 5000 tentara untuk membantu Thariq bin Ziyad sehingga total pasukan Thariq menjadi 12.000 orang.
Sebelum pasukan umat Islam bertemu dengan Pasukan Roderick Thariq bin Ziyad memberikan Brefing untuk membakar semangat para tentara Islam dan akhirnya pada tanggal 19 Juli 711 M, kedua pasukan bertemu dan bertempur di muara sungai Barbate, dengan izin Allah SWT pasukan Thariq yang kalah banyak dibandingkan pasukan Roderick tetapi dapat memperoleh kemenangan dan Roderickpun akhirnya tewas[6].
c.       Musa Ibnu Nusair
Setahun setelah keberhasilan mengalahkan Roderick Musa bin Nusair bertolak ke Spanyol membawa 10.000 pasukan menyusul Thariq, dalam perjalanan tersebut ia berhasil menaklukan Merida, Sionia dan Sevilla. Sementara pasukan Thariq membagi pasukannya untuk menaklukkan Cordova, Granada Malaga, sedangkan pasukannya sendiri mekanklukan Toledo. Dalam kurun waktu 2 tahun semua wilayah tersebut dapat dikuasai oleh kaum muslimin dan keduanya bertemu di Toledo pada tahun 713.[7]
Kemenangan yang dicapai oleh umat Islam ini tampak begitu mudah didapat, hal ini tidak bisa dipisahkan dari adanya factor eksternal dan factor internal. Yang dimaksud dengan Faktor Eksternal adalah kondisi yang terdapat di Spanyol sendiri yang pada saat itu kondisi social, politik dan ekonomi dalam keadaan  yang menyedihkan, sedangkan factor internalnya suatu kondisi yang terdapat pada kaum muslimin di mana parah tokohnya sangat kuat, tentaranya kompak, bersatu dan penuh percaya diri. Disamping itu yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan oleh para tentaranya yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong.  
d.      Abdur Rahaman Ad-Dakhil
Pusat kekuasaan Bani Umayyah di Damaskus di bawah otoritas Bani Abbasiyah berakhir pada tahun 750 M. Pembantaian besar-besaran terhadap keluarga dan keturunan Umayyah terjadi, hanya satu orang yang berhasil lolos yaitu Abdurrahman yang mendapatkan gelar “Ad-Dakhil”.
Setelah berhasil melarikan diri ia pergi ke Mesir dengan menyamar sebagai seorang pedagang ia lalu melewati berbagai bukit batu dan gunung yang tandus, akhirnya pada tahun 756 ia berhasil memasuki wilayah Spanyol.
2.      Perkembangan Islam di Spanyol
Perkembangan Islam di Spanyol yang berlangsung lebih dari tujuh setengah Abad (711 M-1492 M) Islam memainkan peranan yang sangat besar. Sejarah panjang yang dilalui Umat Islam di Spanyol ini dapat dibagi menjadi enam periode, di mana tiap periode mempunyai corak pemerintahan dan dinamika masyarakat tersendiri.[8]
Perkembangan tersebut dapat kami ketengahkan sebagaimana berikut : 
a.       Periode Pertama (711-755 M)
Pada peride ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para Wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari  dalam antara lain berupa perselihian di antara elit penguasa, terutama perbedaan etnis dan golongan. Disamping itu juga terdapat perbedaan pandangan antara khalifah di Damaskus dan Gubernur di Afrika yang berpusat di Kairawan, masing-masing mengaku bahwa merekalah yang berhak menguasai daerah Spanyol[9].
b.      Periode Kedua (755-912 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar Amir (panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam yang ketika itu dipegang oleh Khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar “ad-Dakhil”[10] , penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini adalah Abd al-Rahman ad-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abd Rahman al-Ausath, Muhammad ibn Abd al-Rahman, Munzir ibn Muhammad dan Abdullah bin Muhammad
Pada periode ini Umat Islam mulai memperoleh kemajuan-kemajuan baik dalam bidang politik maupun alam bidang peradaban. Abdur Rahman ad-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar. Hisyam dikenal berjasa dalam penegakan hukum Islam, dan Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam kemiliteran, dialah yang memprakasai tentara bayaran di Spanyol.[11]
c.       Periode ketiga (912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abd al-Rahman III yang bergelar “An-Nasir’ sampai munculnya “raja-raja kelompok” yang dikenal dengan sebutan muluk al-Thawaif. Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan khalifah, penggunaan gelar khalifah tersebut bermula dari berita bahwa Al-muktadir khalifah Abbasiyah meninggal dunia karena dibunuh. Ia berpendapat bahwa saat ini(929 M) adalah waktu yang tepat untuk memakai gelar Khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 Tahun lebih. Adapun para khalifah besar yang memerintah pada periode ini adalah Abdur Rahman An-Nasir(912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M).
Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di Baghdad. Abdur Rahman mendirikan Universitas Cordova dengan perpustakaan yang memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam II masyakarat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran serta pembangunan kota berlangsung.
Awal dari kehancuran khilafah bani Umayyah di Spanyol adalah ketika Hisyam naik takhta dalam usia 11 tahun. Oleh karena itu kekuasaan aktual berada di tangan Ibn abi ’Amir (seorang ambisius) sebagai pemegang kekuasaan mutlak.
d.      Periode keempat (1013-1086 M)
Periode ini Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh Negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau al-Muluk Thawaif yang berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova, dan Toledo. Periode ini umat Islam Spanyol kembali memasuki masa pertikaian intern. Melihat kekacuan dan kelemahan yang menimpa keadaan politik Islam itu, maka orang-orang kristen mulai mengambil inisiatif penyerangan[12]
e.       Periode Kelima (1086-1248)
Pada periode ini Spanyol Islam meskipun terpecah dalam beberapa Negara terdapat satu kekuatan yang dominan yaitu kekuasaan daulah Murabitun (860-1143 M) dan daulah Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan politik yang didirikan oleh Yusuf bin Tasyfin di Afrika Utara[13]. Pada tahun 1062 ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakisy, ia masuk ke Spanyol atas undangan penguasa-penguasa Islam di sana yang tengah memikul beban berat perjuangan mempertahankan negeri-ngerinya dari serangan orang-orang Kristen
Sedangkan Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibnu Tumart, dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abdul Mun’im. Untuk jangka bebarapa dekade dinasti ini mengalami banyak kemajuan bahkan kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul mundur, akan tetapi tak lama setelah itu dinasti ini juga mengalami keambrukan sehingga tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa dan pengusa-pengusa Muwahidun memilih untuk meninggalkan Spanyol. .  
f.        Periode keenam (1248-1492)
Pada periode ini disebut juga dengan kerajaan Granada di Bawah dinasti Bani Ahmar yang merupakan pertahanan terakhir muslim Spanyol.[14] Kekuasaan Islam terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan antara Abu Abdullah Muhammad dengan ayahnya sendiri. Dia kemudian memberontak yang mengakibatkan ayahnya meninggal dunia dan digantikan oleh Muhammad bin Sa’ad, Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdenand dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat menjatuhkan penguasa yang sah dan Abu Abdullahpun naik tahta. Namun pada akhirnya penguasa kristen tersbut juga menjatuhkan Abu Abdullah dari kepemimpinan dan menyerahkan kekuasaan pada Ferdenand dan Isabella dengan cara yang sungguh ironis. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol tahun 1492 M. Umat Islam setelah itu dihadapkan pada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol.[15]
3.      Kemajuan Peradaban Islam di Spanyol
Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan Islam di Spanyol, Umat Islam telah mencapai kejayaanya di sana. Banyak prestasi yang meraka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa, dan kemudian dunia, kepada kemajuan yang lebih kompleks.
a.      Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Seni
1)      Filsafat
Islam Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat briilian dalam bentangan sejarah. Ia berperan sebagai jembatan penyebrangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad 12. Atas inisiatif al-Hakam (961-976 M) karya-karya ilmiah filosofis dimpor dari Tumur dalam jumlah besar, sehingga Cordova dengan perpustakaan dan Universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat ilmu pengatahuan di dunia Islam.[16] Adapun tokoh filsafat yang terkenal pada masa ini adalah :
a)      Ibnu Hazm dengan Karyanya “al-Milal wa al-Nihal”
b)      Abu Bakar Muhammad bin al-Syigh yang dikenal dengan Ibnu Bajjah (wafat karena keracunan 1138)
c)      Abu Bakar Ibnu Thufael(1185) dengan bukunya ”Hay bin Yaqdzan”.
d)      Ibnu Rusd[17] (wafat 1198 M) yang dikenal dengan sebutan Averous dengan karyanya ”Bidayah Al-mujtahid”, ”Tahafut al-tahafut”.[18]
2)      Geografi dan Sains
Ilmuwan di bidang geografi lahirlah nama Ibnu Jubair (1145-1228) yang menulis tentang negri-negri Mediterania dan Sicilia, Ibnnu Batutah (1304-1377) Khalaf Al-Zahrawi seorang ahli bedah di bidang kedokteran dan ilmu fa’al, Ibnu Khatimah  ahlli penyakit malaria. Itulah  sebagian tokoh yang terjenal dan ilmu Geografi dan sains
3)      Fiqih
Dalam bidang Fiqih Spanyol terkenal sebagai penganut Madzhab Maliki. Yang memperkenalkan di sana adalah Ziyad ibnu Abd Al-Rahman. Ahli fiqih yang terkemuka diantaranya adalah Abu Bakr ibnu al-Quthiyah, Munzir ibn Sa’id al-Baluthi, dan ibnu Hazm
4)      Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan seni suara Spanyol mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan ibn Nafi’ yang dijuluki Zaryab , ia dikenal juga penggubah lagu.
5)      Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Bahkan penduduk asli Spanyol menomorduakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak ahli dan Mahir dalam bhaasa Arab. Mereka itu antara lain : ibn Sayyidah, Ibn Malik pengarang Alfiyah, Ibnu Khuruf, aib Al-Hajj, Au Al-Isybili, Abu Hasan ibn Usfur.
Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karyakarya sastra banyak bermunculan, seperti Al-‘Iqd al-farid karya Ibn Abd Rabbih, Kitab al-Qolaid karya al-Fath ibnu Khaqn.
b.      Arsitektur
Dalam bidang kesenian abdul Rahman ad-Dakhil merintis membangun kota Cordova lengkap dengan istana, taman, dan masjid. System pengairan diatur sehingga kota mampu mensuplai air bersih untuk keperluan minum. Kota diperlengkapi jalan-jalan dengan lampu penerangannya semetentara pada waktu yang sama Erpa masih tenggelam dalam kegelapan dan jalan yang becek. Masjid Cordova yang dibangun tahun 786 oleh Abdur Rahman Ad-dakhil mempunyai pola dasar Masjid Bani Umayyah di Damaskus yang kemudian diperbesar oleh abdur rahman II dan al-hakam II sehingga menjadi megah dan indah.[19]
Di Granada dibangun istana al-Hambra yang indah dan megah yang menjadi pusat ketinggian arsitektur Spanyol Islam, kemudian pada masa Abd rahman III dibangun pula istana yang disebut Al-Zahra yang menurut para pakar arkeologi istana ini merupakan perpaduan seni gaya bangunan Byzantium dan Islam, dilengkapi dengan Kolam air mauncur dan patung manusia yang indah. [20]
c.       Kemajuan dalam pemerintahan
Kemajuan penataan pemerintahan pada Bani Umayyah terlihat dalam berabgai aspek, diantaranya
Pertama, Bidang Militer. Untuk menjaga keamanan serta pertahanan kedaulatannya, Amir membangun kekuatan militer di Spanyol yang terdiri adri Tentara tetap, tentara regular, Tentara Irreguler dan tentara sukarela
Kedua, Administrasi Sipil. Untuk melaksanakan pemerintahan dibentuklah lembaga yang mempunyai tugas-tugas tertentu sesuai dengan keahliannya, berapa lembaga yang ada pada saat itu antara lain : al-hajib (pejabat yang paling berpengaruh di istana), al-Wazir (menteri), Al-Katib (Sekretaris Negara), Khazin al-mal (petugas Pajak), Al-Qodhi (Hakim), Shohibul Madhzalim (KPK)
Ketiga , Ekonomi. Pada masa Abdurrahman II tanah-tanah gersang diubah menjadi lahan produktif dengan menggunakan alat-alat baru juga dengan pupuk yang mempersupbur tanah, di bidang perdagangan telah diterapkan bea dan cukai yang bisa memberikan devisa yang tinggi bagi kerajaan.[21]
d.      Faktor-Faktor Pendukung Kemajuan
1)      Kemajuan Spanyol Islam sangat ditentukan oleh adanya pengusa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan Umat Islam
2)      Toleransi beragama antara penganut Islam, Kristen dan Yahudi, sehingga mereka berpartisipasi mewujudkan Arab Islam di Spanyol
3)      Banyaknya sarjana yang mengadakan perjalanan dari ujung barat ke walaiayah Islam di ujung timur sambil membawa buku-buku dan gagasan-gagasan, hal ini menunjukkan meskipun umat Islam terpecah belah dalam kesatuan politik, tetapi terdapat kesatuan Budaya
4)      Perpecahan politik pada muluk al-Thawaif mendorong kerajaan-kerajaan kecil mendirikan pusat-pusat peradaban baru menyaingi Cordova.[22]
4.      Masa Kemunduran Islam di Spanyol
Penyebab kemunduran Islam di Spanyol antara lain :
a.       Konflik Islam dengan Kristen
Para penguasa muslim tidak melakukan Islamisasi secara sempurna, mereka sudah puas dengan hanya menagih upeti  dari kerajaan-kerajaan Kristen takulkannya dengan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka , asal tidak ada perlawanan senjata, dengan demikian kahdiran arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol kristen, hal ini yang menyebabkan kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari konflik antara Islam dan Kristen
b.      Tidak adanya ideologi pemersatu
Adanya perlakuan yang tidak sama antara penduduk arab Spanyol dengan pribumi (muwalladun) yang membuat mereka berusaha menggerogoti sosio-ekonomi negeri tersebut. Hal ini menunjukkan tidak adanya ideologi pemersatu yang dapat memberikan makna persatuan da kesatuan.[23]
c.       Kesulitan Ekonomi
Di paruh kedua masa Islam di Spanyol para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat serius,sehingga lalai membina perekonomian negara yang mengakibatkan krisis ekonomi
d.      Tidak jelasnya peralihan kekuasaan
Hal ini yang menyebabkan perebutan kekuasan di antara ahli waris sehingga memunculkan Muluk Thawaif bahkan Granada sebagai pertahanan Islam terakhir runtuh akibat konflik kekuasaan antar ahli waris
e.       Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrka Utara. Dengan demikian tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen di sana.
5.      Pengaruh Peredaban Spanyol Islam di Eropa
Kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga saat ini banyak berhutang budi kepada khazanah ilmu pengathuan Islam yang berkembang di periode klasik.
 Tokoh yang paling banyak memberikan warna dalam pemikiran pemuda-pemuda Kristen Eropa adalah Ibnu Rusd, Pengaruh ilmu pengatahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad 12 M itu menimbulkan gerakan bangkit kembali (Renaisance) pusakan Yunani di Eropa pada abad 14 M.[24]
D.    ANALISIS
Banyak orientalis beranggapan bahwa Islam disebarluaskan dengan cara kekerasan/peperangan serta penindasan, sebagaimana yang dilakukan Tharif ibnu Malik, Thariq Bin Ziyad dan Musa Ibnu Nusair, akan tetapi jika lebih lanjut kita menganalisis perihal perluasan wilayah Islam dengan cara penaklukan, maka akan didapati bahwa tentara Islam  setelah melakukan penaklukan tidak mengadakan penjajahan terhadap penduduk pribumi meskipun mereka tidak mememeluk agama Islam, toleransi beragama ditegakkan dan menjunjung tingga Hak Asasi Manusia (HAM), penduduk non muslim diberikan kebebebasan untuk melakukan peribadatan sesuai dengan keyakinannya, bahkan dalam stukur pemerintahan diberikan lembaga yang khusus menangnai keagamaan Kristen.
Sudah menjadi Sunatullah setiap kekuasaan yang diawali dengan penaklukan kemudian memperoleh kemenangan dan akhirnya berjaya, pasti akan mengalami keruntuhan, begitu pula dengan Islam yang pernah berkuasa selama kurang lebih tujuh setengah abad harus musnah dari bumi Spanyol yang disebabkan oleh kebangkitan orang kristen dan perselisihan perebutan kekuasaan.
Imperium Umayyah di Spanyol menggunakan istilah amir dan Khalifah untuk menyebut penguasanya. Istilah Khlaifah pada awalnya merupakan gelar untuk pemimpin umat Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw yang mempunyai arti ”Pengganti” atau ”Perwakilan”. Dalam perkembangannya Umayyah menggunakan istilah Khalifah untuk menyebut kekuasaanya Khalifah yang diangkat berdasarkan taqdir Allah.
Jika kita bandingkan antara sistem kerajaan, khilafah dengan Republik maka dapat kita uraikan bahwa, Dalam kedudukan monarki, kedudukan raja diperoleh dengan warisan. Artinya, seseorang dapat menduduki jabatan raja hanya karena ia anak raja. Jabatan khalifah didapatkan dengan baiat dari umat secara ikhlas dan diliputi kebebasan memilih, tanpa paksaan. Jika dalam sistem monarki raja memiliki hak istimewa yang di khususkan bagi raja, bahkan sering raja di atas UU, maka seorang khalifah tak memiliki hak istimewa ; mereka sama dengan rakyatnya. Khalifah ialah wakil umat dalam pemerintahan dan kekuasaan yang dibaiat buat menerapkan syariat Allah SWT atas meraka. Artinya khalifah tetap tunduk dan terikat pada hukum Islam dalam semua tindakan, kebijakan, dan pelayanan terhadap kepentingan rakyat.
Dalam sistem republik, presiden bertanggung jawab kepada rakyat atau yang mewakili suaranya (misal : parlemen). Rakyat beserta wakilnya berhak memberhentikan presiden. Sebaliknya seorang khalifah, walau bertanggung jawab pada umat dan wakilnya, mereka tak berhak memberhentikannya. Khalifah hanya diberhentikan jika menyimpang dari hukum Islam, dan yang menentukan pemberhentiannya ialah mahkamah mazhalim. Jabatan presiden selalu dibatasi dengan periode tertentu. Batasannya, apakah ia masih melaksanakan hukum Islam atau tidak. Selama masih melaksanakannya, serta mampu menjalankan urusan dan tanggung jawab negara, maka ia tetap sah menjadi khalifah.  
 Dalam perkembangannya Umayyah ternyata menerapkan kekhilafahan yang seharusnya berdasarkan bait dari ummat diganti dengan Monarchi yang mewariskan kekuasaan secara turun temurun hal ini yang kemudian membuat umat setelah periode ini apatis terhadap Khalifah dan cenderung untuk mendukung pemerintah yang bercorak demokrasi.
Dalam perkembangan kebudayaan dunia khususnya Eropa maka Islam spanyol tidak bisa dilupakan sumbangsihnya melalui pemikir-pemikir Islamnya meskipun mayoritas orang eropa menolak anggapan ini, tetapi kita tidak boleh hanya tepaku pada kejayaan masa lalu tanpa berbuat apa-apa pada masa sekarang an yang akan datang.
E.     KESIMPULAN
Islam dapat memasuki wilayah Spanyol atas jasa Tharif, Thariq, dan Musa Ibnu Nusair serta Abdurrahman ad-dkhail. Perkembangan Islam di Spanyol dapat dibagi menjadi 6 periode mulai tahun 711 M -1492 M dengan kemajuan-kemajuan dibidang ilmu pengetahun, pemerintahan serta arsitektur, Islam mengalami kemunduran akibat konflik internal kerajaan meskipun Islam juga memberikan sumbangsih terhadap kemajuan dunia barat hingga saat ini















Daftar Pustaka

Armstrong, Karen, Islam A Short History, (Yogyakarta: Ikon Teraklitera, 2003)
Adeng Muchtar Ghazali, Perjalanan Politik Umat Islam, (Bandung:CV Pustaka Setia, 2004), 54
al-Usairy, Ahmad, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, (Jakarta : Akbar Media Eka Merdeka, 2003)
Madjid, Nur Cholis, Kaki Langit Peradaban Islam” (Jakarta: Paramadina, 1997)
Makalah, Sebab-Sebab Kehancuran Islam di Spanyol, (USU, Fak. Sastra, 2004)
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan ilmu Pengetahuan Islam, (Jakrarta : Prenada Media, 2004)

Tim Penyusun Teks Book dirasat Islamiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya, Dirasat Islamiyyah Sejarah dan Pembaharuan Islam, (Surabaya : CV Anika Bahagia Offset, 1995)
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2000)
http://www.haroqi-multiply.com/journal/item/139
http://www.archive.kaskus.us/thread/3450909/20
http://www. Kisah-Islam.co.cc/index.php?option
http://wwwdnopiyanti.blogspot.com/2010/05/
http://www.Wikipwdia.Com
http://www.republika.co.id/berita/dunia-Islam/khazanah/11/05/19/II26b
http://www.majalah-alkisah.com/index.php



[1] Tim Penyusun Teks Book dirasat Islamiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya, Dirasat Islamiyyah Sejarah dan Pembaharuan Islam, (Surabaya : CV Anika Bahagia Offset, 1995),99.
[2] Spanyol dulu dikenal dengan al-andalusia atau semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal) yang sekarang termasuk selatan Perancis. . John L Esposito,  Oxford Dictionary of Islam, (Oxford unifersity: 2003) dalam Http//www.Wikipidea.Com
[3] Roderic adalah raja yang kejam dari Visigoth, ia memaksa rakyat untuk mengikuti alairan agama yang dianut penguasa, kebijakan kenomi yang diambil juga membuat keadaan ekonomi rakyat terpuruk yang mengakibatkan konflik anatara roderic dengan kerebat Witiza-oppas dan Achila. Sejarah Peradaban Islam di Andalusia dalam http//www.scribd.com/doc/33459796 (16 Oktober 2011)
[4] Pemerintahan bani Umayyah di Spanyol dalam http://www.refrensiagama.blogsopt.com/2011/01
[5] Nama lengkapanya adalah Thariq bin Ziyad bin Abdillah bin Walgho bin Walfajun bin Niber Ghasin bin Walhas bin Yathutfat bin Nafzau adalah putra suku Ash-Shadaf, Suku Barbar, penduduk asli daerah Al-Atlas, Afrika Utara. Ia lahir sekitar tahun 50 Hijriah yang ahli menunggang kuda, mahir menggunakan senjata serta menguasai bela diri. Sariono , Sejarah Para Khalifah, dalam http://www.republika.co.id/berita/dunia-Islam/khazanah/11/05/19/II26b
[6] Thariq Bin Ziyad  sang Penakluk dalam http://www.rijal.wordpress.com/2008/09/28/
[7] Islam di Andalusia menang atau syahid dalam http://www.majalah-alkisah.com/index.php
[8] http://www.Wikipwdia.Com
[9] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2000), 94.
[10] Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, (Jakarta : Akbar Media Eka Merdeka, 2003), 239.
[11] Adeng Muchtar Ghazali, Perjalanan Politik Umat Islam, (Bandung:CV Pustaka Setia, 2004), 54.
[12] Perkembangan Islam di Spanyol dalam http://wwwdnopiyanti.blogspot.com/2010/05/
[13] Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan ilmu Pengetahuan Islam, (Jakrarta : Prenada Media, 2004), 123.
[14] K. Ali , Sejarah Islam (Tarikh PraModern), (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996), 34. dalam http://www. Kisah-Islam.co.cc/index.php?option
[15] Perkembangan Islam di Spanyol dalam http://wwwsyalvine.wordpress.com/2010/02/06
[16] Badri Yatim, Hal. 82-83
[17] Ibnu Rusd dilahirkan pada tahun 1126 M di Qurtubah cordova dari sebuah bangsawan terkemuka, ayahnya adalah seorang ahli hukum yang cukup berpengaruh di Cordova. Ia adalah filosof yang berhasil mengintegrasikan Islam dengan tradisi pemikiran Yunani, selain ia seorang ahli filsafat dia juga dikenal ahli di bidang kedokteran dengan karya terbesarnya al-Kuliyat fil Tibb telah menjadi rujukan utama dalam bidang kedokteran. Dalam http;//www.archive.kaskus.us/thread/3450909/20
[18] Buku ini merupakan reaksi dari Ibnu Rusd terhadap karya Al-Ghazali yang menyesatkan pemikiran Filsafat. Nur Cholis Madjid, Kaki Langit Peradaban Islam” (Jakarta: Paramadina, 1997), 5.
[19] Masjid ini luasnya 170 M dengan biaya 800.000 dinar, menara yang tingginya 40 Dziro’, kubahnya sebelah dalam terbuat dari kayu yang diukir indah, tinganya berjumlah 1.093 yang dihiasi denngan batu marmer sperti catur yang didalamnya terdapat ruangan yang lias dan panjang. Dalam http”//www.haroqi-multiply.com/journal/item/139
[20] Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, 127.
[21] Makalah, Sebab-Sebab Kehancuran Islam di Spanyol, (USU, Fak. Sastra, 2004),3-5.
[22] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, 427-428
[23] Karen Armstrong, Islam A Short History, (Yogyakarta: Ikon Teraklitera, 2003), 63.
[24] Ibid, 108-110.

1 komentar:

  1. makasih gan atas informasinya....
    kunjungi juga http://pacujalur2015.blogspot.co.id/2015/10/cara-meningkatkan-traffic-pengunjung.html

    BalasHapus